Tentang Memiliki dan Merawat Bayi BBLR
Assalamualaikum semuanya..
Kali ini saya mau berbagi pengalaman
memiliki bayi BBLR, atau bayi yang memiliki berat lahir rendah yaitu di
bawah berat normal yaitu 2,5 kg namun dilahirkan pada cukup bulan. Pada saat aku melahirkan Nada; anak pertama
saya, berat lahir Nada hanya 2,4 kg. Nada lahir tepat pada pekan ke 38, tidak
lebih dan tidak kurang. Ketika itu air ketuban sudah rembes dan harus segera
diinduksi, alhamdulillaah setelah 10 jam kontraksi Nada lahir tepat adzan
maghrib berkumandang. Sepekan sebelum Nada lahir saya sempat memeriksakan
kandungan dan berat janin pada saat itu sudah mencapai 2,5 kg kemudian dokter obgyn menganggap
sudah aman apabila Nada lahir dalam waktu dekat. Setelah Nada lahir dan
kemudian ditimbang oleh bidan saat itu berat aktual Nada meleset, tidak begitu
jauh tapi tetap kurang. Alhamdulillaah menurut dokter spesialis anak yang
memeriksa Nada waktu itu Nada sehat tidak kekurangan suatu apapun. Pasti cemas,
dan saya langsung mencari tahu tentang penyebab bayi BBLR, apa yang harus
dilakukan, ada efek apa nantinya kalau memiliki bayi BBLR, tapi pada akhirnya
saya merasa stress dan tertekan ketika itu. Akhirnya saya memutuskan untuk
fokus saja pada pemulihan saya pasca melahirkan dan memberikan ASI dengan benar
juga tepat.
Ada beberapa hal yang saya lakukan pada
awal kelahiran Nada utuk mengejar berat badannya, dan alhamdulillaah dalam satu
bulan Nada naik dua kilogram. Memiliki bayi BBLR menuntut saya tetap waras dan
selalu berhati-hati dalam melakukan apapun yang berkaitan dengan Nada, karena
yang ada dalam pikiran saya, bayi dengan BBLR mudah untuk terkena penyakit
apalagi dalam masa pandemi yang mana harus serba ekstra ataupun masih kesulitan
dalam penyesuain di awal kehidupannya. Tujuan saya dalam beberapa bulan awal
kelahiran Nada adalah menaikkan berat badan Nada secepat dan se-efektif
mungkin. Berikut beberapa poin yang saya highlight dalam mengejar
berat badan Nada bulan pertama yang akhirnya membuahkan hasil.
1. Menerima Keadaan
Hal ini yang paling susah untuk saya,
hingga saya meminta bidan untuk menimbang dua kali padahal saya tahu angka di
timbangan akan tetap segitu. Kemudian saya masih berasumsi bahwa timbangan
rumah sakit salah dan saya mulai mencari artikel di google ciri-ciri bayi BBLR,
salah satu cirinya waktu itu adalah kulit di jari-jari bayi kisut, dan saya
membuka sarung tangannya, benar kulit di jari-jari tangan Nada kisut. Dari situ
saya mulai menyadari bahwa Nada BBLR, dan saya merasa bersalah sebagai tempat
bergantung anak saya. Peran suami ketika fase ini sangat besar dengan
membesarkan hati saya bahwa tidak apa-apa dan saya pasti bisa memberikan yang
terbaik untuk Nada. Keadaan awal setelah melahirkan waktu itu serba bingung,
harus seperti apa dan saya mereasa 'jet lag' ketika malam
pertama menjadi ibu, senang, bingung, tidak menyangka sudah ada bayi di
dekapan. Alhamdulillaah tidak butuh waktu lama saya mulai pelan-pelan menata hati
juga pikiran untuk merawat Nada. Dengan hati dan pikiran yang jauh lebih tenang
setelah afirmasi positif dari suami, saya bisa memikirkan langkah-langkah
selanjutnya untuk mencegah apa-apa yang bisa terjadi pada Nada
kedepannya.
2. Menghubungi Konsulor ASI
MengAsihi adalah perjalanan yang memorable
untuk saya. Rasanya ajaib sekali dari tubuh ini bisa mejadi sumber kehidupan
bagi seorang bayi atas izin Allaah. Karena ilmu saya minim mengenai ASI meski
sudah membaca-baca artikel mengenai ASI serta mengAsihi, akhirnya saya
memutuskan untuk menghubungi konsulor ASI di kota saya. beruntungnya saya
adalah konsulor ASI saya waktu itu adalah mbak Efi, kakak kelas saya ketika
SMA. Beliau adalah bidan yang concern tentang perASIan,sehingga
saya semakin yakin untuk menghubungi mba Efi. Di masa awal pandemi
semuanya dilakukan secara daring, begitupun dengan melakukan konsultasi dengan
konsulor ASI saya, semua konsultasi dilakukan via WA. Mba Efi memberitahu
secara lengkap dan jelas bagaimana menyusui yang tepat agar mendapat hasil yang
maksimal. Mulai dari posisi bayi, perlekatan hingga durasi menyusui. Sebenarnya
artikel mengenai menyusi bisa didapatkan dengan membaca artikel yang bersebaran
di laman google, tapi memiliki konsulor ASI menurut saya lebih dari itu. Saya
mendapatkan dukungan secara moriil untuk menyusui dan menikmati setiap
momentnya termasuk untuk menyusi Nada dua jam sekali, mendapatkan tempat untuk
berkeluh kesah betapa perihnya menyusui pada newborn untuk new
mom, dan mba Efi sangat support terhadap proses selama
menyusui. Bersyukur semua keluhan mengenai perAsian dijawab dengan sabar dan
'masuk' ke dalam hati juga akal saya yang masih menyesuaikan peran sebagai ibu
baru pada saat itu.
3. Konsumsi makanan bergizi dan seimbang
Tidak bisa dipungkiri asupan yang saya
makan sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI saya. Indikator kecukupan
ASI bisa dilihat dengan bertambahnya berat badan bayi setiap bulannya. Saya
memakan apa saja yang ibu saya siapkan, mulai dari nasi, lauk, sayur mayur,
hingga jamu; tidak ketinggalan juga dengan susu. Saya makan 5 kali sehari
dengan 3 kali menu utama serta snack disela-sela waktu makan, tidak ketinggalan
saya selalu menyiapkan botol air putih besar di samping saya agar selalu
terhidrasi. Pada awal menyusui diketahui Nada memiliki lactose
intolerant yaitu keadaan Nada belum bisa terkena susu sapi dan
turunannya walaupun Nada mendapatkan dari ASI saya (tidak secara langsung),
kemudian dokter spesialis anak meganjurkan saya untuk mengganti ke susu kedelai
untuk memberi jeda serta untuk menopang produksi ASI saya. Setelah dua minggu
berlalu kemudian saya mencoba meminum susu sapi kembali, dan atas izin Allaah
tidak ada reaksi pada badan Nada seperti sebelumya.
Atas izin Allaah berat Nada menanjak dan
memenuhi sesuai grafik. Berat badan bayi mejadi momok yang begitu penting untuk
saya mengingat pada 1000 hari pertamanya adalah masa terpenting untuk tumbuh
kembang anak. Setiap berangkat menuju tempat vaksin saya selalu deg-deg an,
apakah berat badan Nada naik atau tidak atau tetap, tapi sebenarnya hal
ini bisa memicu stress pada saya dan akhirnya malah tidak fokus kemudian saya
beberapa bulan terakhir ini memutuskan untuk tidak terlalu sepaneng agar
kewarasan terjaga. Yang biasa saya lakukan ketika mengetahui berat badan anak
tidak naik biasanya saya evaluasi dulu faktor-faktor yang bisa mendorong berat
badan anak tetap, hmmm mungkin lain kali saya akan membahas bagaimana saya
menghadapi ketika berat badan bayi seret.
Menulis
pengalaman ini pada laman blog saya saat Nada sudah berusia 1,5 tahun seperti
melakukan flash back, ternyata sudah sejauh ini saya melangkah
sebagai ibu tetapi langkah saya juga masih jauh dalam membersamai Nada.
Berharap tulisan ini akan sedikit banyak bermanfaat bagi ibu-ibu yang memiliki
bayi BBLR pada awal kelahiran sang bayi, semangat buk kamu nggak sendirian,
pasti bisa!
Tidak ada komentar: